Haiii every badiiihh..
Ini pertama kalinya aku nulis (lagi) di blog, setelah sekian purnama menghilang ditelan rimba bumi.. 😆
Berawal dari sebuah pertanyaan di grup “kenapa dipanggil mbun?” yang pada akhirnya memecutku untuk menuliskan jawabannya dalam sebuah rentetan kalimat sederhana di blog yang mungkin t’lah menanti tuk aku singgahi.. tsaahhh
Jadii, pada mulanya panggilan mbun muncul dari sebuah ide, mmmm atau mungkin lebih tepatnya muncul atas dasar ketidak sadaran diri yang kian menua (plak). Bukaaan, bukan karena tidak terima menjadi seorang yang beranak pinak, tapi ini “tentang sebuah harapan.”
Berawal dari kegalauan sebuah panggilan, sebutan apa yang pantas untukku kelak tatkala bayi-bayi kecil mulai mampu mengucapkan sebuah kata yang bermakna memanggil orang terkasihnya, karena aku merasa belum pantas dipanggil:
- Ibu yang terkesan tegas
- Mamah yang terkesan lembut berkarisma
- Bunda yang terkesan tua wibawa
- Ummi yang terkesan agamis dan sholehah
- Emak yang terkesan sudah banyak menyelami garam kehidupan
- Ataauu apapun namanya..
Yang menurutku belum pantas disematkan anak-anak untukku.. 😁
Sejak dulu aku sukaaaa banget nget nget yang berbau sesegala air embun.. Sejuk, bening, menyegarkan.. ❤
Entah kenapa tiba-tiba kepikiran kata mbun menjadi sebuah kata yang cantik dan pantas untuk sebuah panggilan..
Akhirnya dengan sangat bersemangat aku menawarkan diri untuk dipanggil mbun hingga sekarang anakku kini manggil aku dengan sebutan mbun dengan harapan, aku sebagai (mbun) mampu memberi kesejukan, kebeningan pikiran, kesegaran jiwa, kenyamanan hati dan yang paling utama sebuah harapan hubungan yang terbangun di antara kami (aku dan anak-anak) seperti layaknya sahabat, bukan ibu&anak yang karenanya selama ini kujumpai hubungan ibu dan anak seperti ada gap yang memisahkan kedekatan mereka. Dan aku, tak ingin itu terjadi di antara kami. 😢
Biarlah mereka senang berbagi kebahagiaannya, nyaman menceritakan kesedihannya, membeberkan kesulitan yang sedang dialaminya dengan bebas leluasa tanpa ada rahasia sedikitpun di antara kita, sebagaimana para remaja bercengkrama dengan teman sebaya atau sahabatnya.. Bukankah itu yang selalu digemborkan mereka tentang arti seorang sahabat? Ayeeyy
Begitulah kiranya asal mula nama mbun tersematkan hingga saat ini.
Namun, apapun panggilan seorang yang telah berjuang mati-matian melahirkan generasi penerusnya ialah seorang wanita yang patut dihormati dan dimuliakan, tak boleh seorangpun berani menoreh luka di hatinya, meninggalkan bekas sayatan di tubuhnya. Karena sejatinya, ia adalah malaikat tak bersayap.
Ga nyambung sih sebenernya hahaaa, tapi disambungin aja saking ga sadar umur dan tentunya “Tentang Sebuah Harapan.”
So, apa panggilan si kecil kepada kalian gaes? Apa philosophynya? 😉
Sekian dan terima gajih 😘
“Karena mbun tak perlu warna untuk membuat daun jatu cinta”.
ihihhihi.. sukaaaa.. aku jadi kepikiran.. kalo mimih kesan nya apa? 😛
hahaaa.. mimih klo klo menurutku lembut dan penyayang :*
aiihh… ini ternyata alasannya…
iya, pas dengar kata mbun…
diartikan dengan sebutan “bunda” yg disingkat jd “nda”, “mbun”.
atau “ibu”, jadi “mbu” biar cantik tambah n..
dan dengar kata “mbun”
menyejukkan…
hihiii sebenernya aku baru sadar sekarang”
klo kata mbun bisa diambil dari kata bunda yg dimanjakan jadi mbun
atau dari kata ibu yg dimanja-manjain mbu dilengkapi huruf n.. 😀 😀