Misi ke dua menuju pulau cahaya, menulis surat untuk pasangan… Bagi yang belum menikah, menulis untuk orang tua, bagi single parent menulis untuk anak. Dan yup, aku menulis untuk partner hidupku yang selama ini sudah memilih hidup bersamaku mulai dari nol, melangkah meniti satu persatu anak tangga, jatuh bangun lagi, jatuh lagi, bangkit lagi, kembali jatuh tambah semangat baru.

Sesungguhnya kami tipe pasangan yang selalu menyempatkan ‘we time’  menghabiskan waktu bersama untuk ngobrol,  saling mengalirkan rasa sebagai bahan evaluasi bahkan terkadang hanya sekedar membahas hal-hal yang kurang penting sekalipun, bahas judul film misalnya, bahas topik yang sedang viral, apapun itu.

Sampai di misi kali ini, jika dikatakan sulit mungkin ga begitu sulit, karena terbiasa mengungkapkan kata, hanya tantangannya adalah kali ini aku ingin menulisnya dengan penuh konsentrasi, hati yang lebih menjiwai, ingin menjadikan moment yang spesial, biar feel-nya dapet.  Meski akhirnya ga dapet momen yang pas karena dengan segala kerempongan yang ada.  laughing wkwkwk

Lalu aku menyerah? Tentu tidak, meski mevet waktu, sebisa mungkin surat cintaku kali ini harus berkesan untuknya.. Eeeaakk

Berdebar, berbunga-bunga, mesem-mesem, bahagia, haru, berurai air mata tatkala menuangkan semua rasa yang tertulis dalam sepucuk surat cinta. Ada perasaan yang berbeda, seolah membangunkan rasa yang dulu pernah ada, rasa saat pertama kali Allah hadirkan rasa cintaku untuknya, ya saat petama kali aku jatuh cinta padanya.

Ternyata benar saja, surat cintaku membuatnya merasakan hal yang sama, merasakan kembali semua rasa bahagia yang tlah kita lewati berdua, suka cita yang tlah kami lewati bersama. Mengingatkan kembali saat pertama kali kami saling jatuh cinta. Uwuwuuuu embarassed

Meski pada awalnya, ‘drama’ ga bisa balas surat karena kata-kataku terlalu berat (katanyaaaaa), hahaa dan sebagai balasan sementara diberinya dua cokelat dan lagu wali yang berjudul ‘baik-baik sayang” untukku dan itu bikin meleleh, perasaanku tak ubahnya bagai perasaan muda mudi yang sedang dimabuk cinta dengan cinta pertamanya. Halaahh
Meski akhirnya tak disangka ada surat balasan untukku yang lagi-lagi membuat kami saling tersipu malu. Wkwkwkwk

Ahh sungguh “cinta adalah fitrah, cinta adalah anugerah”… tinggal kepada siapa kita melabuhkan perasaan yang telah Allah titipkan, tinggal bagaimana cara kita menjaga agar rasa cinta itu selalu ada (terutama untuk pasangan), tinggal dengan cara apa kita memupuk agar cinta itu akan selalu tumbuh, tinggal seperti apa kita ciptakan bahagia dengan rasa cinta yang ada, karena cinta adalah fitrah, cinta adalah anugerah  yang setiap orang tentu memilikinya.