Menjadi ibu bahagia adalah sebuah pilihan, dan ya itu pilihanku!
Tak jarang sesuatu nan jauh di sana menawarkan sebuah kebahagiaan, tapi aku tak perlu melangkah sejauh itu untuk menemukan dan mendapatkan kebahagiaanku, karena sumber kebahagiaan itu dapat aku raih dari sebuah atap yang bernamakan rumah.
Dan lagi-lagi ini adalah sebuah pilihan, kita sendiri yang menentukan bagaimana, di mana atau dengan cara apa agar menjadi sosok ibu yang bahagia.
Aku mungkin bukan istri sempurna bagi pasanganku, bukan pula seorang ibu yang kalis tanpa kesalahan dalam menemani tumbuh kembang anak-anakku, tapi aku adalah ibu yang bahagia!
Aku bahagia ketika menyadari Allah mempertemukanku dengan pasangan yang aku butuhkan … meski dulu awal kami bertemu hingga akhirnya mengikat janji suci, dia hanya seorang mahasiswa yang jauh dari kata mapan dengan penghasilan yang tak pasti. Tapi dia adalah imam yang meyakinkan makmumnya tentang konsep rezeki yang hakiki, partner hidup yang bertanggungjawab bagi keluarga, seorang yang tak pernah melepaskan genggaman tangannya dalam keadaan apapun, suami yang selalu memahami dan mengerti istri, ayah yang siaga saat anak-anak membutuhkannya. Bahagianya, Masya Allah…
Aku bahagia saat Allah mengamanahiku buah hati yang lucu-lucu, beragam sifat dan karakternya. Bahagia ketika tawa mereka pecah menghiasi wajah-wajahnya yang lugu, bahagia saat langkah kecil kaki tak berdosa itu berhambur, berlomba menghampiriku untuk mendapatkan sebuah pelukan. Aku bahagia dan bersyukur bisa menyaksikan tumbuh kembang mereka secara langsung dengan mata kepala sendiri. Bahagia ketika diam-diam mendapati mereka saling peduli dan menyayangi meski tak jarang pertengkaran kecil hadir di antara mereka.
Aku bahagia … rumah ini selalu hangat dengan keberadaan mereka di sisiku, orang-orang yang selalu aku cintai. Meski kadang derajat kehangatannya naik secara signifikan saat omelan panjang mulai datang menerjang tanpa kepalang, tapi hal ini tak ada apa-apanya dibandingkan dengan kehangatan uluran tangan-tangan mungil yang selalu dengan mudah merentang pelukan dan memaafkan khilafku, aku bahagia dan terharu artinya rasa cinta mereka jauh lebih besar dibanding rasa kecewanya.
Rumah hangatku seringkali berantakan tak karuan bak kapal pecah, bebaskan … aku harus mulai menurunkan level idealku, berdamai dengan diri, belajar mengolah emosi, yang paling penting saat ini adalah waktu yang berkualitas menemani hari-harinya dengan canda, tawa, riang, gembira. Kehadiran sosok ibu bahagia dalam dunianya akan menjadi hal yang jauh lebih berharga dibanding impian rumah rapi. Karena aku tak ingin di kemudian hari terseok-seok kepayahan menata kepingan hati anak yang terpencar akibat luka tak berdarah.
Peran ibu bahagia jadi langkah awal membangun peradaban dari dalam rumah, ibu sebagai guru peradaban generasi penerus yang dilahirkan dari rahimnya.
Lagi … aku memilih bahagia dengan caraku sendiri, dari tempat yang aku singgahi, bersama orang-orang yang aku cintai. Karena aku tau, ibu bahagia adalah kunci kebahagiaan seluruh penghuni rumah terkhusus sang buah hati, ibu bahagia adalah kunci suasana rumah surgawi. Amin.
Jadi bu, mulai sekarang mari tentukan kebahagiaan sendiri karena bahagia kita yang ciptakan.
Terimakasih untuk support system terbaikku yang selalu mendukung, mengingatkan, dan membimbingku hingga aku selalu merasa nyaman menjalani peran sebagai istri dan ibu bahagia.
Pelukan hangat untuk anak-anak terkasihku yang sudah banyak sekali mengajarkan pelajaran hidup.
Sejatinya akulah yang banyak belajar dari anak-anak, belajar memaafkan, meluapkan emosi dengan tepat, berdamai dengan diri, menata hati, belajar tulus, dan masih banyak lagi, karena menjadi seorang ibu belajar sepanjang hayat. Love you all!!!
#1dekadeibuprofesional
#darirumahuntukdunia
#konferensiibupembaharu
#ibuprofesional
#semestakaryauntukindonesia
#ibuprofesionaluntukindonesia